Puisitersebut bagian dari buku puisi berjudul "Karang Menghimpun Bayi Kerapu" yang berisi 100 puisi karya Ibrahim Gibra - nama pena dari Prof Gufran Ali Ibrahim. Puisi itu sejatinya, cara memahami pengarang tentang keindahan alam Maluku Utara di masa lalu, saat ini dan apa yang diimajinasikan nanti.
Cahayamakassar bersinar Ke segala penjuru anging Mammiri Aku di sini di Bumi mangkasara Kunikmati hembusan angin yang begitu syahdu Seakan menenteng ku ke alam nirwana Membangunkanku dari lamunan Yang entah menjalar kemana Aku di sini di Bumi mangkasara Sepetak kota Besar tetapi sejatinya terhampar luas
Sayasangat bersyukur, bisa membawa keluarga saya dari Cikarang, bersilaturrahmi bersama kedua orang tua di Makassar dalam suasana lebaran penuh berkah. Keharuan melingkupi rumah kami saat itu tatkala keindahan harmoni idul fitri menggema dalam nuansa kekeluargaan. Kami lalu berfoto bersama, mengabadikan momen berharga ini, setelah itu kami
Vay Tiền Online Chuyển Khoản Ngay. Puisi wacana keindahan & kenangan di tanah Makassar ialah puisi yg berkisah mengenai indahnya alam & keunikan budaya di Sulawesi Selatan dgn judul puisi sukmaku di tanah Makassar Nah bagaimana kisah cerita dlm bait bait puisi keindahan makassar yg kini telah menjadi ingatan sang penulis puisi Selengkapnya disimak saja puisi yg menceritakan ihwal keindahan alam Makkassar dlm bait puisi sukmaku ditanah Makassar berikut ini Sukmaku di tanah MakassarKarya Asia Ramli Prapanca Sukmaku di tanah Makassar Negeri Bayang-bayang Negeri timur matahari terbit Gunung-gunung perkasa Lembah-lembah menganga Pohon-pohon purba Kuburan-kuburan renta Di dlm kelambu sarat dupa Berhadap-hadapanlah dgn Dewata Dengan Berlapis-lapis pakaian sutera Musik & tari saling berlaga Sukmaku di tanah Makassar Memburu anoadi rimba belantara Menangkap kupu-kupu di tebing-tebing terjal Mengejar derai-derai daunan berair Memanjat pohon-pohon lontar Dibawah naungannya bertempat gelanggang sabungan ayam Dibelakang sekian gumam sinrili siap membunuh ketidakpuasan Dengan badik & tukul besi Sukmaku di tanah Makassar bersayap angin mammiri bersiul membelai kota dgn nilai-nilai Menunggang kuda jantan dgn lari kencang menjinjing cita-cita ke garis kemenangan Kerikil-watu merah bertempat tinggal gemerincing Pasir putih membentang panjang berkilauan Sukmaku ditanah Makassar Bersampan pinisi dgn layar daun lontar Dengan panji-panji sutera warna-warni Mengejar debu ombak menjil*t lekuk gelombang Menyelam ke rahang-rahang menyunting kerang Mentyelam ke dasar tasik memetik mutiara Sukmaku ditanah Makassar Ke mana pun gue pergi Dimanapun gue melambai Gadis-gadis pakaeran selalu menyanyi, menari di hatiku Selamat tinggal puncak Lompobattang Selamat tinggal hulu Jeneberang Selamat tinggal Kampung Galesong Selamat tinggal Pantai Barombong Selamat tinggal Pulau Kodingareng Selamat Tinggal Karaeng Sukmaku di tanah Makassar Mengeja I Buri memburu juku eja Mengejar debur ombak menjilat lekuk gelombang Sukmaku di tanah Makassar Melengking bareng pui-pui Merancak bersama parappasa Mengemuruh bersama pakkanjara Sukmaku ditanah Makassar Meski Malino tak berpohon lagi Meski Jeneponto tak berkuda lagi Meski Losari tak berair lagi Meski Somba Opu tak berpuing lagi Sukmaku ditanah Makassar Sukmaku ditanah Makassar Sungguh Karaeng Meski kita berpisah beribu gelombang _ Demikianlah puisi Makassar tentang keindahan alam & budaya di tanah Makassar, baca pula puisi-puisi alam & puisi budaya dihalaman lain
MANGKASARA mangkasara’ dalam hati jiwa yang bernyanyi mangkasara’ dalam irama rambang-rambang larut malam mangkasara’ dalam mimpi menembus batas suci mangkasara’ dalam cinta menghias halaman sejarah mangkasara’ dalam rindu terbayang bulan sepi mangkasara dalam lagu sinrili’ dan pakacaping mangkasar’ bait puisi passure’ dan kelong mangkasara’ dalam tradisi ra’bana to pab’biring makassar 23 desember 2003 karya Udhin Palisuri MAKASSAR UNTUK SEMUA namamu makassar namaku orang makassar namamu kampung makassar perjuangan suci menuntut hati nurani tak bisa setengah hat namamu makassar nafasmu makassar hidupmu makassar rindu makassar cinta makassar makassar untuk semua makassar, 12 mei 2008 karya Udhin Palisuri PASENG karaeng matoaiya mangkubumi tallo dan gowa berpesan kepada putranya, karaeng pattingalloang “mamallak’ko ri tu malambusuk” wahai anakku yang engkau takuti setelah tuhan adalah orang jujur KEMBALIKAN MAKASSAR kembalikan makassar kepada leluhur kembalikan makassar kepada sombaiya kembalikan makassar kepada asalnya kembalikan makassar kepada tomanurung betapa sedih wajah makassar bongkar bangunan kuno mengoyak jejak jejak sejarah makassar, 9 november 2006 kepada Ram Prapanca PEREMPUAN perempuan itu wajah dalam cermin perempuan itu bunuh diri dengan bom perempuan itu menari di lorong sunyi perempuan itu orang bone perempuan itu membaca ayat tuhan makassar, 26 juli 2007 kepada Taslindah Pakarena Tak kunjunga bangunturu galle Naku gunciri naung gulingku Kualleanna tallangnga natoalia Dongang-dongang la apami gau Dongang la dongang dongang La nia tene’na-tene nala lo apami gau Tutuki malepa-lepa galle Mabiseang naung rate bonto Tallang ki sallang ki nasako aling bu’bu Dongang-dongang La bella karaeng
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Pada cekungan karang, Kerapu sedang menanti, persis di batas tampak dan tidak tampakarus tubir, melompatlah ikan, yang dikirim arus utara dalam pusaran semalamSepagi ini telah masuk ke dalam bubuKau mungkin tidak percaya kakekku adalah karang yang menghimpun bayi KerapuPuisi tersebut bagian dari buku puisi berjudul "Karang Menghimpun Bayi Kerapu" yang berisi 100 puisi karya Ibrahim Gibra - nama pena dari Prof Gufran Ali Ibrahim. Puisi itu sejatinya, cara memahami pengarang tentang keindahan alam Maluku Utara di masa lalu, saat ini dan apa yang diimajinasikan nanti. Imajinasi itu bisa juga tentang kota yang punya tol, resto, kereta Argo Parahiyangan, tiang tiang atau tentang cinta yang memeluk rindu. Gaya menulis puisi tersebut menurut pandangan Sutarjo Adisusilo, disebut sebagai filsafat sejarah spekulatif yang menuliskan semua tentang masa lalu, sejarah, yang pernah terjadi, direkam dalam memori lalu dihubungkan dengan hidup saat ini. Ujungnya adalah tentang kemungkinan yang akan terjadi nanti. Masa lalu diwujudkan lewat magori. Ini sumber hidup yang berasal dari Ibu dan keluarga bahkan tentang laut, karang, ikan dan pasir. Inilah magori kita anak-anak di Maluku Utara yang lahir dan besar bersama laut atau juga bersama hutan yang isinya pohon sagu, kenari, kelapa, cengkih dan serba pertama. Ada realisme bertutur di situ. Ibrahim Gibra menulis romantisme yang kini mulai hilang tergusur modernitas dalam bait-bait puisi yang tajam. Sebuah historical responsibility yang lepas. Di mana kita hari ini? Di kota yang bising penuh tipu muslihat. Kita jadi lupa dengan magori. Lupa bagaimana caranya membuat bubu, lalu merayu ikan dengan daun Tagalolo Landmark Ternate merupakan daya tarik tersendiri dari Kota Ternate memiliki kesan bahari yang sangat kental dan menjadi ciri khas Pulau Ternate Wikimedia Commons Buku berjudul "Karang Menghimpun Bayi Kerapu" ini dibedah langsung Hasan Aspahani, pemenang Anugerah Hari Puisi Indonesia 2016. Menurutnya, Imaji laut yang ada dalam karya ini berbeda dengan imaji laut yang ada pada karya-karya lain. Laut dalam karya Ibrahim Gibra ini sangat personal, kesannnya, dan bedah buku ini sendiri dibuat oleh Kantor Bahasa Maluku Utara bersama Fakultas Ilmu Budaya FIB Universitas Khairun Unkhair Ternate. Hasan, yang juga penerima Anugerah Sastra Badan Bahasa 2018 itu mengatakan puisi-puisi yang berada di dalam buku sebagian besar bertema laut dan masa lalu seorang Ibrahim Gibra, bahkan disebut Hasan sebagai penyair yang menyamar menjadi profesor. Ia sangat metaforis menulis masa kecilnya. "Puisi-puisi ini membuat saya berhak menikmatinya dengan sepersonal mungkin. Dan setiap orang saat menemukan puisi-puisi ini mereka juga berhak menikmatinya," ucap Bang Acang, sapaan akrab yang disematkan Ibrahim kepadanya. Sebagai seorang penulis puisi beliau juga mempersembahkan puisi nya untuk Ibrahim Manusia dan Air Gurakauntuk Ibrahim Gibra 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
puisi makassar tentang keindahan